gelapku adalah selubung cahayamu
yang menghangati dalam bisu
menjelmakan rindu bagai mimpi tak tersentuh
duhai malam, kawanku berbagi kejalangan
rangkaikanlah sebait sanjak untukku memuja Tuhan
yang tlah tanamkan sekeping hati di kedalaman
tuk kenali wajah dingin rindu dan juga kesepian
maka apalah kuasaku menampik cinta ini, kawan
jika benihnya terlanjur menghunjam dan tumbuh merindang
bagaimana bisa? tanyakanlah pada subtilnya sebuah perasaan
tanpa sentuhan, tanpa ciuman
tanpa pelukan, tanpa penyatuan
ujudnya merengkuhku begitu dalam
bebaskanlah nalarmu, kawan, tuk memaknai gerak-gerik awan
bukan pada bentuk-bentuknya yang tak beraturan
karena pesan cinta seperti bisikan di tengah keriuhan
sambutlah ia laksana ilham yang hadir bersama diam
saat dirimu tenggelam heran dalam lukisan keindahan
kawan, temanilah sang ilalang di pengembaraan
bingkiskan untuknya setangkup bintang
biar jelaga di wajahnya kini berpendar menjadi senyuman
aku, engkau, dan dia, adakah perbedaan?
di altar cinta, nama Tuhan yang kita agungkan
dengan tawa atau airmata sebagai persembahan
duhai kidung-kidung rindu
parau suaraku adalah karibmu
tidakkah ini cukup bila kukatakan: aku mencintaimu