duhai Detak Jantungku
Yang Meraung Tanpa Suara
Yang Maujud Tanpa Rupa
jika apa yang telah Kaupersaksikan padaku
di penghujung seratus hari menggenapi laku kala itu
adalah memang garis takdir di Lauhul Mahfudz-Mu
maka di altar cinta ini aku kini berserah utuh
... hanya pada-Mu
: Satu
duhai Desah Nafasku
duhai Detak Jantungku
Yang Meraung Tanpa Suara
Yang Maujud Tanpa Rupa
dari hari Anggara Kasih saat Kaupanggil kembali sang bidadari
hingga saat sang peziarah menutup catatan perjalanannya
jadikanlah sisa kefanaanku adalah cinta-Mu
jadikanlah akhir kefanaanku adalah ridha-Mu
duhai Desah Nafasku
duhai Detak Jantungku
Yang Meraung Tanpa Suara
Yang Maujud Tanpa Rupa
dengan cinta-Mu segala kegalauan menjadi ketenteraman
dengan cinta-Mu segala kesedihan menjadi keteguhan
dengan ridha-Mu kefanaan dan keabadian menjadi penghiburan
duhai Desah Nafasku
duhai Detak Jantungku
Yang Meraung Tanpa Suara
Yang Maujud Tanpa Rupa
dalam genggaman ridha-Mu segala kemuliaan cinta
sungguh, tak sekalipun aku meragukan-Mu
duhai Desah Nafasku
duhai Detak Jantungku
Yang Meraung Tanpa Suara
Yang Maujud Tanpa Rupa
di altar cinta-Mu kuberserah utuh
Sidoarjo, 10-11-2012