Terkadang aku menemukannya menari pada lanskap pemandangan yang indah. Lain waktu aku menjumpainya bernyanyi pada sepasang mata seorang perempuan yang jernih bercahaya. Namun tak jarang pula, aku merasakan kehadirannya begitu dekat tengah sujud dalam kesunyian dan keheningan sebuah suasana. Kawan, dialah cinta.
Aku ingin mengenalnya sebagai sosok yang hidup, bukan hanya sebaris huruf yang tersusun menjadi kata. Sosok yang memiliki jiwa, pikiran, perasaan, dan juga sejarah. Bagiku, nama baru bermakna ketika ia sanggup menjelma menjadi senyum, tawa, sesal, tangis, atau sumpah serapah pada diri siapapun yang menyebutnya. Cinta mungkin hanya sebuah kata, tetapi ketika ia hidup, nama bisa bicara, berkhutbah, berpuisi, menyanyi, menari, atau bahkan mencaci-maki.
Kawan, jika keindahan adalah wajah Tuhan yang hadir pada manik mata kefanaan, aku percaya, hanya cinta yang mampu melihatnya.
Aku ingin mengenalnya sebagai sosok yang hidup, bukan hanya sebaris huruf yang tersusun menjadi kata. Sosok yang memiliki jiwa, pikiran, perasaan, dan juga sejarah. Bagiku, nama baru bermakna ketika ia sanggup menjelma menjadi senyum, tawa, sesal, tangis, atau sumpah serapah pada diri siapapun yang menyebutnya. Cinta mungkin hanya sebuah kata, tetapi ketika ia hidup, nama bisa bicara, berkhutbah, berpuisi, menyanyi, menari, atau bahkan mencaci-maki.
Kawan, jika keindahan adalah wajah Tuhan yang hadir pada manik mata kefanaan, aku percaya, hanya cinta yang mampu melihatnya.