siapa engkau yang menanam benih ini
mengapa hadirmu demikian pagi
saat hati belum mampu menyadari
bahwa rendah diri dan keraguan 'tuk memiliki
akan menjadi sesal yang menghantui mimpi-mimpi
siapa engkau yang menanam benih ini
mengapa ketukan itu harus menyentuh hati
tak tahukah engkau, meski hanya sejenak
terus saja jiwa ini menjadi berdetak
hingga 2 windu terlintasi tak jua mau berhenti
hai, siapa engkau yang menanam benih
mengapa kausiksa sosok ringkih ini
dengan kerinduan perih menggari
tapi ketika lorong-lorong kelam harus kususuri
benih itu tiba-tiba menjelma jadi api
bimbing langkah ini temukan cahaya kembali
dan ketika amuk kecewa membuncah
hingga Tuhanpun disumpah serapah
benih itu tiba-tiba menjelma jadi air
giring insyafku sanggup lagi mengalir
lantas, haruskah kubunuh benih itu dari hatiku
yang telanjur tumbuh merindang kukuh
hanya karena bayangannya kini mustahil untuk terengkuh
ya, dia memang hidup menemani kesunyian taman ini
tapi bukan sebagai tawanan
dan akupun bukan seorang tuan
hai, siapa engkau yang menanam benih
inilah aku sang penyaksi
mensyukuri
walau harus terluka pedih
inikah kutukan cinta
atau justru sebuah anugerah?
saat hati tak lagi kuasa untuk membenci
hai, engkau yang telah menanam benih
ijinkan taman hati ini tetap ditemani
dengan cahaya dari nyala apinya
dengan kesejukan dari gemercik tetes airnya