dia menjengukku kembali
dalam sebuah lamunan panjang
tanpa tujuan
perempuan, ijinkan aku
istirah sejenak dari kebisingan ini
mendedah keangkuhan-keangkuhanku
merobek jaring laba-laba keakuan narsistikku
yang sudah terlanjur amat parah
: kerapuhan tak termaafkan
Tuhan, masihkah Engkau menjadi Teman
dalam gelisahku atas cinta-Mu
dalam cemburuku atas kesempurnaan-Mu
diam-Mu belakangan ini mengaduk-aduk tenangku
memudarkan kenikmatan semua klangenan
dimana aku berkubang mengukur kelelakian
dan kebinatanganku selama ini
dimana bisikan-bisikan-Mu di telinga nuraniku itu, Tuhan?
aku rindu, serindu-rindunya
Tuhan, keindahan perempuan ternyata maya
dan Engkau tahu, bukan itu yang kucari
Tuhan, aku kembali
masihkah Engkau menjadi Teman Sejati?
masihkah Engkau menjadi Kekasih Yang Penuh Kasih?