bagaimana aku bisa melupakan melodi sekeping hati
sementara nada-nadanya di nadiku terus saja menari-nari
kawan, mengapa lidah ini masih saja kelu tak bersuara
apakah karena tiada kata yang bisa kurangkai sebagai sumpah
ataukah karena kasih Tuhan terlanjur terkebiri oleh manusia dalam ragam aturan?
kawan, dengarlah jeritanku serapahi kehidupan dalam diam
saat langkah ditata rapi agar tiada hati yang tersakiti
kenangan bukanlah lukisan elok yang patut ditangisi
lantas, adakah yang tersisa untuk bisa kubagi?