kawan lama menyapa kembali
siapa kau kini?
tak mampu kujawab mengingat apa yang tlah terjadi
kawan, aku masih belatung yang baru terlahir dari rahim kotoran
tengah berandai menjadi kupu-kupu yang menawan
meski bibirku sendiri segera saja tergelak menertawakan
kawan, jalan hidup ternyata memang penuh tikungan
suka tidak suka harus ditempuh pilihan demi pilihan
dan aku memilih masa depan
karena pengandaian mengubah masa lalu hanya sebuah kesia-siaan
kawan, tidakkah pertambahan usia ini kian menyadarkanmu
apa sejatinya yang tengah kita cari dan kita buru
seiring dentang laju waktu wajah kebahagiaan itu tak pernah satu
pada heningnya masa lalu yang kuasa membuat hati meraung pilu
pada sunyinya pertapaan yang mengajari cara menyulam kegembiraan
pada hangatnya perjumpaan yang menawarkan indahnya kerling harapan
kawan, aku memilih masa depan
maka menarilah bersamaku, kawan
menarilah bersama belatungmu yang tengah kasmaran
tanggalkan seluruh jubah yang menyembunyikan kejalanganmu itu
di altar Cinta, hanya ketelanjangan yang membuatmu diterima utuh
ayo, menarilah!
tarikan tarian cinta
bercumbulah dengan kidung-kidung para peziarah
“duhai Cinta! duhai Cinta! duhai Cinta!”