by Nyong ETIS

BERANDA   -    BILIK BACA   -    RUANG ISTIRAH   -    TELAGA SUNYI   -    NEGERI DI ATAS AWAN

Thales of Miletus

Thales lahir sekitar tahun 620 SM di Miletus bagian dari kota Ionia, salah satu koloni kekuasaan Yunani pada masa itu. Daerah tersebut sekarang berada di pantai Barat wilayah Turki. Meskipun ada juga yang berpendapat bahwa orang tuanya, yaitu Examyes dan Cleobuline, berasal dari Phoenicia. Thales selain filsuf, dikenal juga sebagai seorang ilmuwan dan matematikawan. Profesi yang ditekuninya sendiri adalah sebagai seorang insinyur. Guru dari Anaximander ini akrab disebut sebagai filsuf alam pertama dari aliran Milesian. Dikabarkan dia pernah menghasilkan karya tentang navigasi (dengan acuan konstelasi-bintang Ursa Minor), mampu memprediksi gerhana matahari secara tepat (585 SM), dan mengukur ketinggian piramida (dengan teori panjang bayangan). Selain itu, Thales juga diketahui bersentuhan dengan dunia politik, dimana dia pernah menyerukan agar Ionia lepas dari imperium Yunani dan mendirikan negara federasi bersama Croesus dengan mengambil Teos sebagai ibukotanya. Kontribusi lain yang juga dinisbatkan kepada Thales adalah lima teorema geometri dasar yang pernah dikemukakannya:
A circle is bisected by any diameter.
The base angles of an isosceles triangle are equal.
The angles between two intersecting straight lines are equal.
Two triangles are congruent if they have two angles and one side equal.
An angle in a semicircle is a right angle.
Di atas hal-hal tersebut, Thales paling dikenal dengan teorinya yang mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari air. Sebagaimana Aristoteles sebutkan dalam buku Metafisika-nya, "Thales of Miletus taught that 'all things are water'." Thales berspekulasi bahwa bumi ini bisa digambarkan seperti sebuah cakram yang mengapung di atas samudera tak bertepi. Gempa bumi dan sejenisnya juga dia jelaskan karena pengaruh dari keadaan dimana bumi berada di atas air. Lepas dari ide spekulatifnya tersebut, Thales tercatat sebagai orang pertama yang berusaha memberi penjelasan fenomena alam secara rasional dan bukannya dengan penjelasan-penjelasan yang bersifat supranatural.[1]

Beberapa kisah menarik akrab dilekatkan pada diri Thales. Yang pertama dikemukakan oleh Aristoteles, dikisahkan bahwa dengan kemampuannya memprediksi, Thales pernah memborong alat pemeras minyak zaitun pada suatu masa karena menurut perhitungannya bahwa tahun depan akan terjadi panen raya besar-besarnya buah zaitun. Dengan begitu, ketika panen raya terjadi, para petani akan butuh alat tersebut. Yang kedua dikemukakan oleh Plato, dikisahkan bahwa karena begitu asyiknya Thales memperhatikan konstelasi bintang di langit sambil berjalan, dia jatuh terjerembab dalam sebuah lubang. Seorang gadis pelayan cantik yang membantunya keluar dari lubang sempat berkata kepadanya, "How do you expect to understand what is going on up in the sky if you do not even see what is at your feet". Maksudnya, bagaimana anda bisa mengharap dapat memahami apa yang ada di atas langit sana, sementara apa yang ada di bawah telapak kaki anda sendiri tak dapat melihatnya.

Referensi:
[1] http://www-history.mcs.st-and.ac.uk/Biographies/Thales.html.
[2] http://www.iep.utm.edu/thales/.