yang lerah di bibir peziarah cinta dari Bhsarri
tentang rumah persahabatan yang tertutup rapat untukku
karna hingga kini pintu kepedihanmu itu masih juga terkunci
saat kutanya diammu engkau justru tertawa
bahwa luka bagi para peziarah, tak patut dibagikan selain dengan-Nya
: innama asyku bathsy wa huzni ilallah
maka terdiamlah aku mengamini seraya berkata dalam dada
: uhibbuhu fiika ya Allah
kawan, telah banyak hari-hari berlalu dan tak mungkin kembali
hanya tersisa istighfar dan harapan di tiap penghujung kenangan
betapa singkatnya waktu untuk disiakan dalam lamunan dan keriuhan
maka biarlah kita yang berkhidmah bersama para kekasih
memijah letih di jalan sunyi hingga terlupakan
demi Sang Maha Cinta kelak berkenan mengingat ini dengan senyuman
pada tisik-tisik wisik yang menghangati jiwa
pada kata-kata tak terkatakan yang membising di keheningan sukma
bersama yang berjalan dan berlari saat berhenti
bersama yang menari dan bernyanyi saat menyaksi
kawan, biarkanlah yang tenang jadi gelombang
bersama mereka yang memahami kita nikmati airmata ini dengan kelegaan
: Tuhan, untuk doa yang memilih sembunyi agar meraung di altar-Mu yang suci
dengan cara-Mu yang terindah, jadilah!
Malang, 25/8/2018