bilamana tanpa frasa
pun jika paragraf tak pernah menjelma
kalimat itu tetap saja dapat terbaca
seperti janji seorang lelaki
kepada perempuan yang ia kasihi
bahwa tidak ada lagi puisi
karena cinta bukan lagi fiksi
jadi biarlah ia tersenyum dalam sepasang mata yang saling memandang
biarlah ia berbisik dalam sepasang bibir yang berbagi hangatnya kecupan
biarlah ia berkata dalam sepasang lengan yang mengerat-lingkarkan pelukan
biarlah ia tertawa dalam sepasang tubuh yang berpasrah mencipta penyatuan
ya, biarlah ia menjadi realita yang hidup dengan sepenuh penghayatan
tidak ada lagi puisi, masih
terlebih saat janji sudah berpusara suci
duhai kekasih, kini, izinkan aku menari
biar jari-jemari mimpi dapat berayun
biar tubuh fikiran dapat beralun
dan cinta kita takkan pernah usai berpantun
tanpa kata-kata
tanpa frasa
tanpa alinea
ah, entah dikau namakan apa
Surabaya, 05/09/2019