keranjingan tubuhku pada kemalasan
seperti baju lusuh yang menumpuk di keranjang cucian
hilang rasa
meski pikiran masih kemaruk mengimajinasikan yang berbeda
terbang menilik ilalang di hamparan savana-savana tak bernama
tapi semua itu seolah tak berguna, sia-sia
wadag ini tetap saja menolak untuk ikut serta
duhai Engkau yang tengah tertawa
menyaksikan lelaki yang idiopatik mati rasa
ketika mencumbui kata dan frasa menjadi rutinitas membosankan
meski lekuk tubuh ide-ide baru bisa menggoda dan terkadang begitu menawan
tapi percuma, mereka tak sanggup membuatnya berayun
sembari mengeja angka dengan desis bibir lirih terus berhitung
: satu, dua, tiga ...
ah, sudahlah!
tertawalah Engkau, duhai Rahasia Segala Rahasia
puaskanlah oleh-Mu menyaksikan peziarah
lunglai tanpa peluh karena lelah bercinta
dengan buku-buku telanjang yang berisik setengah mendesah
di titik jenuh ini, sepasang mata menyudahi laku baca
seraya memandang kegembiraan-Mu dalam semesta tawa
puaskanlah, ya, puaskanlah!
toh aku ra ngerti opo-opo
ra iso opo-opo
ra kuoso opo-opo
ra duwe opo-opo
terserah!
selama Engkau izinkan asma-Mu terus bersuara
membasahi relung-relung sunyi di kedalaman sana
sak karep-Mu, Gusti, terserah!
Sidoarjo, 4/9/2020