by Nyong ETIS

BERANDA   -    BILIK BACA   -    RUANG ISTIRAH   -    TELAGA SUNYI   -    NEGERI DI ATAS AWAN

DUNIA PERSEGI

senyum mengawali hari
bersama dedaunan yang tengah menari
ditingkahi kicau burung-burung bernyanyi
membawa aura bidadari hadir kembali

berapa lama sudah, kawan
kaujenguk sunyi yang t'lah jadi altar pemujaan
keinsyafan seorang salik atas serba keterbatasan
hingga dibiarkanlah dirinya, hidupnya, larung di kepasrahan
sembari merapal nama, membaca puja, dengan hati yang mengakrabi kealpaan

maka, duhai Kesadaran Semesta
Yang mengajari manusia bagaimana mengeja kata
Yang membimbing manusia bagaimana memahami makna
Yang mengasuh manusia bagaimana merasakan ada
Yang mengizinkan manusia untuk menikmati seserpih keindahan-Nya
tanpa rupa
tanpa warna
tanpa suara
Engkau ingatkan lagi budak jalang itu pada luka
yang hanya mampu ia bisikkan dalam khalwah
karena mereka yang dulu pernah mengerti, kini telah tiada

di pelataran depan rumah kuberdiri
menyaksikan rerumputan tumbuh tak tersiangi
liar di mata mereka yang terpasung dunia persegi
tak berarti di mata mereka yang terpasung dunia materi
bisa dikebiri atau dicerabut mati kapanpun ada yang menghendaki
tapi siapa yang pernah mendengar lirih keluhnya?
siapa yang pernah mendengar sepi kesahnya?
siapa yang pernah mendengar deru tangisannya?
siapa yang pernah mendengar raung jeritannya?
tengadah ke angkasa
tubuhnya berayun bersama udara
melangitkan nama
melangitkan puja
doa tanpa kata
karena ia telah lebur dalam cinta
kesadaran yang sublim menyaksikan hakikatnya

semilir bayu mengembalikan berkas-berkas cahaya
di antara ranting-ranting pohon ia jatuh ke bawah
menimpa pucuk-pucuk rerumputan yang bernaung di kakinya
memang apa yang tersisa bagi mentari untuk menyatakan kasih sayangnya
selain membagi kehangatan bagi siapapun yang berkenan menerima
meski terkadang, perjumpaan terjadi di waktu yang tak semestinya 
seperti saat Kong Qiu mendapati Nanzi di istana raja
pesan terakhir permaisuri Wei itu menghunjam tepat di ulu hatinya
aih, ternyata seorang perempuan yang justru bisa membaca 

Sidoarjo, 25/1/2021