by Nyong ETIS

BERANDA   -    BILIK BACA   -    RUANG ISTIRAH   -    TELAGA SUNYI   -    NEGERI DI ATAS AWAN

SAJAK PERI BULAN

kupandangi rembulan bersama sebuah senyuman
laiknya keluguan seorang lelaki tengah menyaksikan perempuan
dengan keindahannya yang tak terkatakan
pun kelembutannya yang tak tergambarkan
sehingga huruf-huruf memilih diam 
ketika sepasang mata tak kuasa menyembunyikan kekaguman
: Tuhan, inikah peri yang Engkau ciptakan?
menampik kedipan, lubuk hati justru larut dalam keinsyafan
aih, betapa jauhnya ia dari rengkuhan

kuteringat pesan seorang guru
tentang bagaimana mengidentifikasi nafsu
: kembalilah pada lubb-mu!
titik padu
di mana tajrid dan tamjid menyatu
'ammarah dan lawwamah terpangku
mutmainnah runduk mengaku
mulhamah lit-tazkiyah berpasrah utuh
: ya Rabb, ridhailah ridha kehambaanku
di taman ini, aku kembali sebagai sahaya-Mu

lantas seorang kawan datang bertanya
apakah peziarah tak temukan cahaya di titik 32
maka iapun sontak tergelak dan berujar menjawabinya
: maaf, aku sudah terlanjur tiba di titik 33
sang kawan mengangguk-angguk lalu tengadah
: tertawailah hidupnya sesuka-Mu, duhai Cinta

kupandangi lagi rembulan bersama sebuah senyuman
aih, betapa jauhnya ia dari rengkuhan

Sidoarjo, 16/6/2021