kupandangi rembulan bersama sebuah senyuman
laiknya keluguan seorang lelaki tengah menyaksikan perempuan
dengan keindahannya yang tak terkatakan
pun kelembutannya yang tak tergambarkan
sehingga huruf-huruf memilih diam
ketika sepasang mata tak kuasa menyembunyikan kekaguman
: Tuhan, inikah peri yang Engkau ciptakan?
menampik kedipan, lubuk hati justru larut dalam keinsyafan
aih, betapa jauhnya ia dari rengkuhan
kuteringat pesan seorang guru
tentang bagaimana mengidentifikasi nafsu
: kembalilah pada lubb-mu!
titik padu
di mana tajrid dan tamjid menyatu
'ammarah dan lawwamah terpangku
mutmainnah runduk mengaku
mulhamah lit-tazkiyah berpasrah utuh
: ya Rabb, ridhailah ridha kehambaanku
di taman ini, aku kembali sebagai sahaya-Mu
lantas seorang kawan datang bertanya
apakah peziarah tak temukan cahaya di titik 32
maka iapun sontak tergelak dan berujar menjawabinya
: maaf, aku sudah terlanjur tiba di titik 33
sang kawan mengangguk-angguk lalu tengadah
: tertawailah hidupnya sesuka-Mu, duhai Cinta
kupandangi lagi rembulan bersama sebuah senyuman
aih, betapa jauhnya ia dari rengkuhan
Sidoarjo, 16/6/2021