by Nyong ETIS

BERANDA   -    BILIK BACA   -    RUANG ISTIRAH   -    TELAGA SUNYI   -    NEGERI DI ATAS AWAN

SECANGKIR JAHE HANGAT

duduk kembali di sisi lima jendela kaca
menerawang halaman tanpa taman berbunga
hanya rerumputan liar dan beberapa pohon buah
peziarah menginsyafi diri benar-benar telah mati rasa
menikmati kejengahan pada keseharian tanpa jeda
menghibur diri dengan membaca apa saja
seraya menyicil draf revisi proposal kementerian agama
jembatan yang mungkin akan mengantarnya melihat Konya
menyapa para pejalan sunyi yang menyenandungkan keindahan cinta
bersama para mentor yang jejaknya kerap membuat malu jika melihatnya
aih, betapa malasnya duda kuadrat itu menjalani detik-detik kefanaannya

sempat terfikir oleh peziarah
opsi-opsi alternatif yang bisa jadi faktor pengubah
menghadirkan situasi atau setidaknya sekedar nuansa berbeda
tapi ketika wajah lelaki itu terlihat di cermin ia tertawa
tak cukupkah dua perempuan menunggumu di alam sana
tak cukupkah dua benihmu menantimu di sisi mereka
tak cukupkah tiga yang masih membersamaimu dengan cita-citanya
tidakkah semua itu kode keras dari Sang Penguasa
usai berkali-kali perpisahan membantingmu ke tanah
agar mencukupkan diri dengan yang ada
agar menginsyafi diri dengan keterbatasan yang nyata
apalagi sebagai lelaki, tidaklah engkau berkelimpahan dunia
bahkan siklus peredarannya seringkali tak memberimu sisa
tapi bukankah engkau, pun tak pernah harus meminta-minta
alhamdulillah,
ajaran 'iffah dari orang tua masih terpelihara
: sing dijatah dening Allah mesti pas, uripo sing legowo
sithik akeh disyukuri, ora ono yo kudu kuat poso
elingo, getihmu getih guru, ing dunyo mung sedelo
uripo urip sing prasojo lan samadyo

di kejauhan awan putih tipis menghias langit yang tampak suram
tak perlu bertanya apa yang tengah membuatnya muram
peziarah cukup bertanya pada cangkir putih yang ada di genggaman
: apa aku sudah bisa mencicipi nikmat jahe hangatmu, kawan?

Sidoarjo, 30/1/2022