tersenyum sebagaimana kupernah mengenalnya, dahulu
ya, seperti dahulu, jauh
tetap tak tersentuh
haruskah aku mengeluh?
empat puluh sudah usiaku
dan ternyata masih banyak juga yang kumau
aih, Kekasihku, betapa malunya aku di hadapan-Mu
masih saja telanjang penuh nafsu
duh!
meski sudah kuendapkan kisah-kisah itu
di kedalaman pusara masa lalu
biar bisa kujejak hari ini dan esok tanpa sedu
betapa di pelukan-nafsu ilmu seolah membatu
menjadi tangisan keinsyafan seorang pecundang yang rapuh
berpeluh menikmati tubuh
menepikan kesucian di balik kelambu
uh!
buta mata itu melihat garis batas surga menjauh
dan sukma kelu saat bibir perempuan itu melenguh
Asaku, tidak muda lagi aku
mengapa tak jua jiwa ini Engkau rengkuh?
penuh
penuh
utuh
utuh
satu
di altar-Mu
dengan segala keterbatasan insaniyahku
aku bersimpuh
: oh duhai Rinduku
rengkuh sisa hidupku ini dalam pelukan cinta-Mu
dekap dan jangan pernah lepaskan sisa hidupku ini dalam kehangatan ridha-Mu
aku yang jauh
jiwa yang penuh
jiwa yang utuh
jiwa yang satu
masih kudamba dalam runduk penuh malu
: ampunilah aku
Sidoarjo, 25/09/3017