bermain kata sambil berbagi kecupan meleram rindu
menamati bintang-bintang di kejauhan seolah ikut merayu
agar bersegeralah membungkus malam dalam kehangatan peluh
: apa yang kalian tunggu?
huh!
buncah desahku pada kelebat kenangan beraroma gaharu
saat senyum tetiba rekah pada lentik bulu matamu yang mengerjap sendu
: Tuhan, dengan cara inikah Engkau akan menertawakan sisa hidupku?
kilasan masa lalu satu persatu menghampiriku
bahkan dari keheningan cerita yang sudah sedemikian jauh
seolah ingin mengingatkan kembali seekor serigala berhati batu
betapa kejalangan dan ketelanjangan itu bisa menghadirkan guruh
di sukma yang meraungkan penyesalan dan umpatan rasa malu
tentang kelelakian yang pada akhirnya harus dipaksa berlabuh
untuk meracaukan sebuah kalimat: cukup sudah dengan semua itu!
huh!
lagi-lagi, buncah desahku pada kelebat kenangan berwarna kelabu
saat wajah-wajah perempuan itu hadirkan nama-nama yang biarlah Tuhan yang tahu
: duhai Rahasia segala rahasia, dengan cara inikah Engkau akan menertawakan sisa hidupku?
sungguh, berpasrah sudah aku utuh
maka tertawalah sesuka-Mu, duhai Manik mata batinku
Sidoarjo, 18/10/2019