pada garis di kejauhan yang mempertemukan dua wajah
sama-sama diam tanpa kata
hanya sepasang mata saling memandang penuh tanya
namun sebelum sempat terjawab, mereka harus berpisah
: sayonara !
lambaian ombak di buritan Dharma Kartika
melepas jejak dengan bayangan tanpa rupa
bahwa seorang lelaki pernah berdiri di tempat ini tuk bersua
menyaksikan rembulan yang mulai rekah untuk kesekian kalinya
apa artinya semua ini duhai peziarah?
jika sudah kaujumpai wajah yang pernah kaulihat sebelumnya
jika sudah kaujabat jemari yang pernah kaugenggam di alam tak kasat mata
lantas apa kuasamu kini duhai peziarah?
jika kata-kata kembali hanya katarsis bagi seonggok hati yang kelana
sendiri menepi, sunyi dalam riuh merapal lafal-lafal tanpa suara
seperti biasanya, hanya Sang Maha Hening menjadi penyaksinya
dan malampun berayun dalam hembusan
membisik tanya tentang cinta
yang tentu saja, bukan jawaban yang ia pinta
di usiaku yg tak lagi muda
kuinsyafi sepenuhnya, semua ada masanya
dan hari ini serta esok bukan lagi waktunya bertanya
karena di seberang cakrawala, kutahu, ada yang menungguku segera tiba
dua bidadari dan dua asuhannya
maka duhai hitam yang sembunyikan bulir tangisan
bersabarlah, biar kutunaikan sisa kembara
bersama dua ksatria dan seorang srikandi yang tengah belajar aksara
hingga bila waktunya tiba, rengkuhlah aku kapanpun dan di manapun engkau suka
aku rela
yaa ayyyuhan-nafsul-muthmainnah
irji'ii ilaa rabbiki radhiyatam-mardhiyyah
fadkhulii fii 'ibaadi
wadkhulii jannati
Masalembu, 28/9/2019 - 3/10/2019