rasaku mengantar pada sebuah tangis
yang berdengung sunyi di balik kelambu tipis
berwarna vanilla dengan motif garis-garis
aih, mengapa ingatanku tetiba terantuk padamu
yang telah temani lelaki ini tuk seiring berkayuh
menjalani hari-hari tanpa harus mengeluh
meski di kelokan terkadang hidup datang bergaduh
maka biarlah tahun-tahun yang sepuluh tara
menjadi angka-angka berlipat dan terus berganda
di timbangan cinta Sang Maha Rahmah
hingga sabar dan taatmu hanya pantas berbalas surga
duhai engkau yang tak lagi bisa berkisah
duhai engkau yang tak lagi tersenyum saat kugoda
duhai engkau yang tak lagi mengangguk saat kupinta
hanya ridha dan doa yang masih bisa kubingkiskan sebagai hadiah
wahai malam yang menertawai kefanaan
wahai sukma yang menyembunyikan airmata kerinduan
wahai Sang Rahasia yang menyaksikan asa terpendam di kedalaman
dengarlah kalangwan dalam kenangan yang peziarah kidungkan
pada kata-kata kutuangkan yang tak kasat mata
pada frasa kutiupkan nafas dengan nyala api rahsa
saat sastra menjadi yoga
biarlah cinta menemukan istana keabadiannya
Sidoarjo, 7/4/2020