saat hadir keinginan untuk tak lagi menggoreskan kata-kata
selalu saja, lelaki itu terantuk pada tikungan yang sama
menyaksikan kerapuhan, tak mampu melihat jalan lain yang lebih sederhana
selain menjinakkan gelegak rasa dengan baris-baris frasa
seperti hari ini
seulas senyum di bawah sepasang telaga yang engkau miliki
kembali mengembunkan jendela hati
yang memandangimu seolah semua masih di sini
bersama dalam banyak keterbatasan, kita berbagi
kasih, jika engkau rindu bertanya
apakah sarapan yang engkau suapkan enak rasanya?
maka dengarlah, setiap bulir nasi yang kukunyah menjawabinya, iya
dan jika engkau rindu ingin tahu
apakah sambal trancam yang engkau buat enak di lidahku?
maka lihatlah, segarnya kacang dan pedasnya cabe malu tuk mengaku
tapi mereka sempat berbisik, di mana terasiku?
tentu saja, mereka hanya bercanda
jangan biarkan dirimu kesal karenanya
itu hanya cara lama agar lelaki itu memeluk istrinya
sembari membasahkan ciuman, lalu berkata
: terima kasih, Ma
lantas, jika engkau juga rindu tentang kabar anak-anakmu
maka si bungsu, dia mendapat pengasuhan terbaik dari ibu
tapi kakaknya yang bersamaku, sungguh, kupinta maafmu
sebab kelembutan dan ketelatenan bukan tabiatku
mungkin kelak, dia akan sekasar dan se-tak acuh seperti lelakimu
meski selalu kupintakan, semoga Tuhan menjadikannya sosok tangguh
aih, tunggu dulu
ada yang ingin kuceritakan kepadamu
tentang rerumputan di halaman rumah yang menyapa bayu
mereka telah memberi tahu
bahwa ada kerinduan, menyusup di sebalik pintu
tapi sudahlah, engkau pun pasti sudah tahu
sekarang waktunya untuk kembali istirah
meleram rasa sambil memejamkan mata
ditemani lantunan murottal dan jemari yang merapal Nama-Nama
: Tuhan, izinkan ia kusua dengan cara-Mu yang terindah
Sidoarjo, 06/03/2021
In memoriam:
Yampri Hardini,
(4 Juli 1990 - 6 Maret 2019)