kawan, masihkah engkau heran dengan ilalang
bagaimana ia terpukau pada keindahan rembulan
yang tersenyum bahagia dalam pelukan sang malam
maka tanyalah pada peziarah yang tertawa
saat ia berkisah tentang dirinya
dan apa itu cinta
ditemani Tere Liye usai Unintended mengalun di telinga
lelaki itu meletakkan buku yang belum katam ia baca
matanya tampak perca
tak mampu membohongi rasa yang buncah di dadanya
teringat pada sebuah kecupan termewah
ketika rembulan yang terluka meninggalkan orbitnya
demi rela duduk menemani ilalang yang gelisah
oleh hatinya yang membisikkan kata-kata
: ini yang pertama sekaligus terakhir kalinya
teringat pada deru hasrat yang menunggu luruh
ketika rembulan yang masih utuh belajar menyentuh
hingga sempat memutuskan untuk menjadi satu
meski akhirnya harus menjauh karena gaduh
kala ada garis batas dikoyak begitu angkuh
titik di mana yang tabu terpaksa rubuh
: ora meu dihine, itu namamu
seorang bapak pernah cerita masa lalu
jika saja anak lelakinya itu dulu
terlahir untuk jadi ibu
teringat pada hangatnya peach tea di atas meja
ketika rembulan menerangi Cenderawasih Yogya
yang menyadarkan sesosok tengah alpa
bahwa hidup begitu penuh warna
: ini sudah Trump ataukah masih Obama?
aih, kini Biden ternyata
ilalang itu sekarang menikmati Fix You
yang memantik ingatan pada lima tahun sesudah sepuluh
betapa singkatnya waktu
: Tuhan, up to You