menatap wajahmu berdua
pada dinding berwarna magenta
kuingat denting-denting sumbang bersuara
mengiring racau bibirku merangkai kata-kata
dan dikau di sana
pun dikau di sana
duduk manamati dengan senyum bercampur tawa
bukannya tak simak pada ketidaksempurnaan
bukannya tak dengar pada kekurangan
tapi dalam keikhlasan sebuah penerimaan
rasa hanya akan menemukan nada
rasa hanya akan menjumpai rima
meresonansi keterbatasan menjadi madah tak berhingga
di mata cinta, ada birunya langit di kelabunya hamparan mendung
di telinga cinta, ada tenangnya dasar samudera di riuh ombak menggulung
seperti kulum bibir yang menelan bunyi untuk bicara
seperti kernyit dahi yang berujar dengan melipat rona muka
keindahan itu, lihatlah, di sebalik fragmenta cahaya
keindahan itu, dengarlah, di sebalik vibrasi suara
ketika wajah-wajah kinasih peziarah sua
tatkala telaga-telaga kesejukan peziarah sapa
duhai Engkau, Sumarah Semesta Rahasia
apalagi yang bisa kukata?
Sidoarjo, 25/10/2020