by Nyong ETIS

BERANDA   -    BILIK BACA   -    RUANG ISTIRAH   -    TELAGA SUNYI   -    NEGERI DI ATAS AWAN

MEMAHAT KEABADIAN

di hari penghujung bulan Sya'ban
Jum'at berkah sambut datangnya Ramadan
bukan dengan untaian kembang
bukan dengan menu makan siang
hendak kurengkuh ujudmu dalam pelukan
lalu kuciumi lembutmu dengan kehangatan
semata untuk ungkapkan sebersit perasaan
bahwa hadirmu adalah keindahan yang kudambakan
peziarah ternyata hanya bisa membingkiskan kerinduan
melalui setangkup frasa yang kerap ditertawai oleh ilalang
bahwa kata-kata tak bisa memberikan sajian kemewahan
sekedar katarsis putus asa dari lelaki yang dihimpit kepapaan
tak lebih dan tak kurang

hmmmm!
sahaya Sang Maha Cinta itu mendesah dalam
menginsyafi kenyataan yang ia persaksikan sebagai kebenaran
tapi dengarlah duhai engkau yang kalimat ini kuhantarkan
di dinding karang keabadian namamu kini terpahatkan
di hadapan Pemilik Segala Rahasia yang kelak akan mempertanyakan
mengapa dalam yogasastra peziarah ada lagi perempuan?
lelaki itu mungkin tengah bergetar dalam ketakjuban
saat suara lirihnya mengemukakan sebuah jawaban
belum berubah sebagaimana pernah ia lakukan di kefanaan
ekspresi paling telanjang dari rapuhnya kemakhlukan
: Tuhan, hamba takut terjerumus kembali kedalam kegelapan
maka berlebihan-kah jika ada yang menemani sisa perjalanan?
pada sepasang mata sekeping hati merasa bisa berendam
meleram kejalangan dalam dekapan sayap-sayap kasih sayang
Tuhan, bilamanakah Engkau izinkan?

lelaki itu terdiam
peziarah diam
ilalang masih diam
sahaya tetap diam
tiada rupa
tiada suara
tiada tanda
tiada ada
tiada
ada

Sumenep, 1/4/2022